menu melayang

Rabu, 26 Februari 2025

ZIARAH KE MAKAM RASULULLAH, ABU BAKAR ASIDIQ DAN UMAR BIN KHATAB

            


Di antara sunnah yang dianjurkan bagi kaum Muslimin ketika mengunjungi Kota Madinah adalah berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan dua sahabat beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq serta Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma. Hal ini didasarkan pada keumuman sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:

“Hendaklah kalian berziarah kubur, karena ziarah kubur mengingatkan kalian kepada kematian.”
(HR. Muslim)

Diriwayatkan dalam kitab Al-Mushannaf karya Abdul Razzaq, dari Nafi’, ia berkata:

“Dahulu Ibnu Umar apabila datang dari safar, beliau mendatangi makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seraya berkata, ‘Semoga keselamatan atasmu wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, semoga keselamatan atasmu wahai Abu Bakar, semoga keselamatan atasmu wahai bapakku.’”

               Hadis ini menunjukkan kebolehan seorang Muslim untuk berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam serta dua sahabatnya dengan tetap berpegang pada aturan-aturan syariat. Berikut beberapa adab dan larangan yang perlu diperhatikan:

1. Tidak Berziarah Terlalu Sering

               Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

وَلَا تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا ، وَصَلُّوا عَلَيَّ ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي حَيْثُ كُنْتُمْ

“Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai ‘Id (perayaan yang diulang-ulang), dan bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku di mana pun kalian berada.”
(HR. Abu Dawud)

                Maksud dari larangan ini adalah tidak menjadikan makam Rasulullah sebagai tempat yang terlalu sering diziarahi secara berulang-ulang, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma yang hanya berziarah saat kembali dari safar.

2. Tidak Berdoa dan Meminta kepada Rasulullah

                Doa adalah bentuk ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

“Doa itu adalah ibadah.”
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah)

                Maka, barang siapa yang memanjatkan doa kepada selain Allah, sesungguhnya ia telah melakukan kesyirikan.

3. Tidak Menyakiti Sesama Muslim saat Berziarah

                Banyaknya peziarah tidak boleh menjadi alasan untuk berdesakan atau menyakiti sesama Muslim. Ziarah harus dilakukan dengan tertib dan penuh adab.

4. Tidak Mengangkat Suara saat Mengucapkan Salam

                Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengangkat suara kalian di atas suara Nabi dan janganlah kalian mengeraskan perkataan kalian kepadanya sebagaimana sebagian kalian mengeraskan suara kepada sebagian yang lain, karena dikhawatirkan akan gugur amal-amal kalian sedangkan kalian tidak menyadarinya.”
(QS. Al-Hujurat: 2)

5. Menghadap Makam dan Mengucapkan Salam

                Ketika berziarah, dianjurkan menghadap makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan mengucapkan:

“Assalamu’alaika ya Rasulullah, Assalamu’alaika ya Aba Bakrin, Assalamu’alaika ya Umar.”

6. Tidak Berlama-lama di Makam

                Setelah mengucapkan salam, hendaknya peziarah segera meninggalkan tempat tersebut agar tidak mengganggu peziarah lainnya.

7. Menghadap Kiblat saat Berdoa

                Apabila ingin mendoakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Abu Bakar, dan Umar, hendaknya menghadap ke arah kiblat, bukan ke arah makam.

8. Tidak Menjadikan Ziarah ke Makam sebagai Tujuan Utama ke Madinah

                Ziarah ke makam Rasulullah tidak boleh dijadikan tujuan utama dalam perjalanan ke Madinah, karena yang utama adalah beribadah di Masjid Nabawi.

9. Tidak Bersedekap saat Berziarah

                Bersedekap atau menaruh tangan di atas dada tidak pernah dilakukan oleh para sahabat saat berziarah.

10. Tidak Mengusap atau Mencari Berkah dari Dinding Makam

                Mengusap dinding makam Rasulullah untuk mencari berkah tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Imam Nawawi berkata:

“Janganlah tertipu dengan kebiasaan orang-orang awam dan perbuatan mereka. Sesungguhnya mencontoh dan beramal adalah berdasarkan hadis-hadis shahih serta pendapat para ulama.”
(Al-Majmu’, Jilid 8, Halaman 275)

11. Tidak Melakukan Thawaf di Sekitar Makam

                Thawaf adalah ibadah khusus yang hanya dilakukan di Ka’bah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

“Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di rumah yang tua (Ka’bah).”
(QS. Al-Hajj: 29)

12. Tidak Ada Hadis Shahih tentang Keutamaan Ziarah ke Makam Rasulullah

            Hadis-hadis yang menyebutkan keutamaan khusus berziarah ke makam Rasulullah semuanya tidak shahih, seperti:

“Barang siapa yang berhaji dan tidak mengunjungiku, maka sungguh dia telah berlaku kasar kepadaku.”
Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dan dinilai palsu oleh Syaikh Al-Albani.

Juga hadis:

“Barang siapa yang berhaji dan menziarahi makamku setelah wafatku, maka seakan-akan ia menziarahiku ketika aku masih hidup.”
Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dan dinilai batil oleh Syaikh Al-Albani.

13. Tidak Ada Keterkaitan Antara Haji dan Ziarah Makam

                Seorang Muslim boleh berhaji tanpa harus berziarah ke makam Rasulullah, dan sebaliknya, seseorang juga bisa berziarah tanpa harus menunaikan ibadah haji.

Semoga Allah membimbing kita semua untuk berziarah sesuai dengan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Aamiin.

 

Blog Post

Related Post

Back to Top

Cari Artikel

Label