Di antara sunnah yang dianjurkan bagi kaum Muslimin ketika mengunjungi Kota Madinah adalah berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan dua sahabat beliau, Abu Bakar Ash-Shiddiq serta Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhuma. Hal ini didasarkan pada keumuman sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
“Hendaklah
kalian berziarah kubur, karena ziarah kubur mengingatkan kalian kepada
kematian.”
(HR. Muslim)
Diriwayatkan
dalam kitab Al-Mushannaf karya Abdul Razzaq, dari Nafi’, ia berkata:
“Dahulu Ibnu
Umar apabila datang dari safar, beliau mendatangi makam Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam seraya berkata, ‘Semoga keselamatan atasmu wahai Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, semoga keselamatan atasmu wahai Abu Bakar, semoga
keselamatan atasmu wahai bapakku.’”
Hadis ini
menunjukkan kebolehan seorang Muslim untuk berziarah ke makam Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam serta dua sahabatnya dengan tetap berpegang pada
aturan-aturan syariat. Berikut beberapa adab dan larangan yang perlu
diperhatikan:
1. Tidak
Berziarah Terlalu Sering
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
وَلَا
تَجْعَلُوا قَبْرِي عِيدًا ، وَصَلُّوا عَلَيَّ ، فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ تَبْلُغُنِي
حَيْثُ كُنْتُمْ
“Janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai ‘Id
(perayaan yang diulang-ulang), dan bershalawatlah kepadaku, karena sesungguhnya
shalawat kalian sampai kepadaku di mana pun kalian berada.”
(HR. Abu Dawud)
Maksud dari larangan ini adalah tidak menjadikan makam
Rasulullah sebagai tempat yang terlalu sering diziarahi secara berulang-ulang,
sebagaimana dijelaskan dalam riwayat Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhuma yang hanya
berziarah saat kembali dari safar.
2. Tidak
Berdoa dan Meminta kepada Rasulullah
Doa adalah bentuk
ibadah yang hanya boleh ditujukan kepada Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam bersabda:
“Doa itu
adalah ibadah.”
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan Ibnu Majah)
Maka, barang
siapa yang memanjatkan doa kepada selain Allah, sesungguhnya ia telah melakukan
kesyirikan.
3. Tidak
Menyakiti Sesama Muslim saat Berziarah
Banyaknya
peziarah tidak boleh menjadi alasan untuk berdesakan atau menyakiti sesama
Muslim. Ziarah harus dilakukan dengan tertib dan penuh adab.
4. Tidak
Mengangkat Suara saat Mengucapkan Salam
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ
النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ
تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengangkat suara kalian di atas
suara Nabi dan janganlah kalian mengeraskan perkataan kalian kepadanya
sebagaimana sebagian kalian mengeraskan suara kepada sebagian yang lain, karena
dikhawatirkan akan gugur amal-amal kalian sedangkan kalian tidak menyadarinya.”
(QS. Al-Hujurat: 2)
5. Menghadap
Makam dan Mengucapkan Salam
Ketika berziarah,
dianjurkan menghadap makam Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan
mengucapkan:
“Assalamu’alaika
ya Rasulullah, Assalamu’alaika ya Aba Bakrin, Assalamu’alaika ya Umar.”
6. Tidak
Berlama-lama di Makam
Setelah
mengucapkan salam, hendaknya peziarah segera meninggalkan tempat tersebut agar
tidak mengganggu peziarah lainnya.
7. Menghadap
Kiblat saat Berdoa
Apabila ingin
mendoakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, Abu Bakar, dan Umar,
hendaknya menghadap ke arah kiblat, bukan ke arah makam.
8. Tidak
Menjadikan Ziarah ke Makam sebagai Tujuan Utama ke Madinah
Ziarah ke makam
Rasulullah tidak boleh dijadikan tujuan utama dalam perjalanan ke Madinah,
karena yang utama adalah beribadah di Masjid Nabawi.
9. Tidak
Bersedekap saat Berziarah
Bersedekap atau
menaruh tangan di atas dada tidak pernah dilakukan oleh para sahabat saat
berziarah.
10. Tidak
Mengusap atau Mencari Berkah dari Dinding Makam
Mengusap dinding
makam Rasulullah untuk mencari berkah tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam.
Imam Nawawi berkata:
“Janganlah
tertipu dengan kebiasaan orang-orang awam dan perbuatan mereka. Sesungguhnya
mencontoh dan beramal adalah berdasarkan hadis-hadis shahih serta pendapat para
ulama.”
(Al-Majmu’, Jilid 8, Halaman 275)
11. Tidak
Melakukan Thawaf di Sekitar Makam
Thawaf adalah
ibadah khusus yang hanya dilakukan di Ka’bah. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:
وَلْيَطَّوَّفُوا
بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ
“Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di rumah yang tua
(Ka’bah).”
(QS. Al-Hajj: 29)
12. Tidak Ada
Hadis Shahih tentang Keutamaan Ziarah ke Makam Rasulullah
Hadis-hadis yang
menyebutkan keutamaan khusus berziarah ke makam Rasulullah semuanya tidak
shahih, seperti:
“Barang siapa
yang berhaji dan tidak mengunjungiku, maka sungguh dia telah berlaku kasar
kepadaku.”
Dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dan dinilai palsu oleh Syaikh Al-Albani.
Juga hadis:
“Barang siapa
yang berhaji dan menziarahi makamku setelah wafatku, maka seakan-akan ia
menziarahiku ketika aku masih hidup.”
Diriwayatkan oleh Ad-Daraquthni dan dinilai batil oleh Syaikh Al-Albani.
13. Tidak Ada
Keterkaitan Antara Haji dan Ziarah Makam
Seorang Muslim
boleh berhaji tanpa harus berziarah ke makam Rasulullah, dan sebaliknya,
seseorang juga bisa berziarah tanpa harus menunaikan ibadah haji.
Semoga Allah
membimbing kita semua untuk berziarah sesuai dengan sunnah Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Aamiin.